SELAMAT DATANG DIMADRASAH TSANAWIYAH HASYIM ASY'ARI WONOJATI

Laman

Senin, 20 April 2015

PERINGATAN HARI R.A. KARTINI



21 April  adalah peringatan Hari Kartini,yang mana beliau adalah seorang pejuang dimasanya yang sampai sekarang dikenal sebagai salah satu tokoh pejuang perempuan sesuai dengan Keppres No. 108 Tahun 1964.
Ibu kita Kartini Putri sejati Putri Indonesia harum Namanya

R.A Kartini Lahir Pada tanggal 21 April 1879 di Jepara beliau adalah keturunan priyayi atau bangsawan yang termashur di daerahnya yang kental dengan kegiatan adat istiadat, yaitu putri Raden Mas Sosroningrat, bupati Jepara. Ibunya bernama M.A. Ngasirah.
Semasa hidup beliau (RA.Kartini) adalah seseorang yang gemar membaca meski hanya tamatan SD karena tidak di ijinkan oleh orang tuanya untuk belajar kejenjang selanjutnya, keputusan itupun membuat RA. Kartini sangat kecewa dengan keputusan tersebut tetapi tidak bisa melawan takut disangka jadi anak yang durhaka.
Kekecawaan RA.Kartini di isi dengan kegiatan membaca setiap hari mulai dari buku atau surat kabar dan apabila ada yang tidak dimengerti beliau tanya kepada ayahnya.

Sampai akhirnya RA.Kartini terbesit dengan gadis eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon(teman semasa belajar diluar negeri). Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Akan tetapi bea siswa itu tidak dimanfaatkan karena beliau dinikahkan dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Kalau di ingat jasa RA. Kartini dengan bahasa populer adalah emansipasi wanita yang mana mengandung makna bahwa sanya wanita juga berhak mendapatkan kesetaraan yang sama yang bukan dari kodrat Tuhan YME contoh : belajar, berkreasi dsb. Tidak menutup kemungkinan para kartini sekarang yang berkarir banyak terinspirasi beliau serta ingin memperjuangkan apa yang dicita-cita para leluhur dahulu untuk bangsa dan negara tercinta ini.
Dalam memaknai hari kartini sekarang apakah hanya terucap pada satu kalimat yang terpampang di media sosial, media kabar, pamflet, baliho dsb atau memakai baju adat (Kebaya).  
Tentu saja tidak kan ! karena makna dari perjuangan kartini tersebut bisa diambil beberapa poin, antara lain :
  1. Semangat belajar yang tinggi 
  2. Jiwa Sosial kepada sesama 
  3.   Gemar membaca
  4. Tidak sombong   
  5.  Patuh kepada orang tua
Oleh karena itu marilah kita sama-sama meneladani sejarah perjuangan beliau untuk menjadikan pondasi dalam kehidupan kita sekarang  untuk menjadikan prinsip dalam menjalani hidup dengan mengelaborasikan sesuai dengan keadaan sekarang tanpa melanggar norma-norma yang ada atau melanggar syariat (bagi yang muslimah).




Refrensi


http://www.wikipedia.org/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar