SELAMAT DATANG DIMADRASAH TSANAWIYAH HASYIM ASY'ARI WONOJATI

Laman

Rabu, 14 Oktober 2015

TAHUN BARU ISLAM 1437 H

Makna 1 Muharram
01 Muharram 1437 H

Assalamualaikum Wr.Wb,,
disini saya akan membahas makna 1 muharram atau tahun baru islam. 1 muharram identik dengan peristiwa hijrah nabi, silakan membaca, semoga dapat hikmahnya,,
Peristiwa Hijrah dan Perkembangan Islam
Sekedar mengingatkan, bahwa Tahun Hijriah atau Tahun Baru Islam, bukan dimulai dari tahun lahirnya Nabi Muhammad SAW, tapi tahun saat beliau hijrah (pindah) atau mengungsi dari Kota Mekah ke Madinah, karena mau dibunuh oleh orang-orang kafir Quraish saat itu.
Berbicara tentang perkembangan Islam, tentu tidak bisa lepas dari peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Dakwah Nabi di Makkah pada saat itu banyak mengalami rintangan berupa tantangan dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy.
Selama kurun waktu 12 tahun sejak Nabi diutus, dakwah Rasulullah tidak mendapat sambutan menggembirakan, bahkan sebaliknya banyak menghadapi terror, pelecehan, hinaan, dan ancaman dari kaum musyrikin dan kafir Quraisy yang dikomandani oleh paman Nabi sendiri, yaitu Abu Lahab.
Karena itu, Rasulullah diperintahkan Allah SWT untuk pindah (hijrah). Akhirnya, beliau meninggalkan kota kelahiranya Mekah, berhijrah ke kota Madinah. Di Madinah, Nabi dan para sahabat Muhajirin mendapat sambutan hangat oleh kaum Anshar (penduduk asli Madinah).
Agama Islam pun mengalami perkembangan amat pesat. Dalam kurun waktu relatif singkat, hanya sekitar 8 tahun, suara Islam mulai bergema ke seluruh penjuru dunia dan Islam pun berkembang meluas ke seluruh pelosok permukaan bumi. Karena itu tidak mengherankan jika peristiwa hijrah merupakan titik awal bagi perkembangan Islam dan bagi pembentukan masyarakat Muslim yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW.
Menurut para pakar sejarah, masyarakat Muslim, kaum Muhajirin dan Anshar, yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah merupakan contoh masyarakat ideal yang patut ditiru, penuh kasih sayang, saling bahu-membahu dan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan peribadi. Karena itu, tidak mengherankan jika Khalifah Umar bin Chatab menjadikan peristiwa hijrah sebagai awal perhitungan tahun baru Islam, yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriah,
Allah berfirman,“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (Al-Hujurat ayat 13)
Umat manusia kadang-kadang terjebak kepada sesuatu yang bersifat jangka pendek, dan melupakan yang bersifat jangka panjang bahkan yang abadi selama-lamanya. Manusia sering tergesa-gesa dan ingin cepat berhasil apa yang diinginkannya, sehingga tidak sedikit yang menempuh jalan pintas, termasuk korupsi misalnya. Islam menekankan bahwa hidup ini adalah perjuangan dan dalam berjuang pasti banyak tantangan dan rintangan. Hidup di dunia adalah sebagai jalan untuk menuju kehidupan Akhirat.
Hikmah dari Peristiwa Hijrah Nabi
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekah ke Madinah saat itu adalah:
Pertama: perisitwa hijrah Rasululah dan para sahabatnya dari Mekah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki mkjna yang sangat berarti bagi setiap Muslim, karena hijrah merupakan tonggak kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di Mekah menuju suasana yang prospektif di Madinah.
Kedua: Hijrah mengandung semangat perjuangan tanpa putus asa dan rasa opimisme yang tinggi, yaitu semangat berhijrah dari hal-hal yang buruk kepada yang baik, dan hijrah daru hal-hal yang baik ke yang lebih baik lagi. Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya telah melawan rasa sedih dan takut dengan berhijrah, meski harus meninggalkan tanah kelahiran, sanak saudara
dan harta benda mereka.
Ketiga: Hijrah mengandung semangat persaudaraan, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada saat beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, bahkan beliau telah membina hubungan baik dengan beberapa kelompok Yahudi yang hidup di Madinah dan sekitarnya pada waktu itu.
Dalam konteks sekarang ini, pemaknaan hijrah tentu bukan selalu harus identik dengan meninggalkan kampung halaman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. dan kaum Muhajirin, tetapi pemaknaan hijrah lebih kepada nilai-nilai dan semangat berhijrah itu sendiri, karena hijrah dalam arti seperti ini tidak akan pernah berhenti.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, ada seorang yang mendatangi Rasulullha dan berkata: “Wahai Rasulullah,saya baru saja mengunjungi kaum yang berpendapat bahwa hijrah telah telah berakhir”, Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya hijrah itu tidak ada hentinya, sehingga terhentinya taubat, dan taubat itu tidak ada hentinya sehingga matahari terbit darisebelah barat”.
Merupakan Bukti Maha Adilnya Allah
Berbeda dengan tahun Masehi, permulaan hari atau pergantian hari bukan di pagi hari atau jam 00.01, tetapi di saat terbenamnya matahari atau munculnya bulan. Itulah sebabanya Tahun Masehi (dari Isa Al Masih) dalam Islam disebut Tahun Syamsyiah (matahari), sedangkan Tahun Hijriah atau Tahun Islam disebut juga Tahun Qomariah (bulan). Kalau Tahun Masehi, setiap bulan terdiri dari 30 hari atau 31 hari, kecuali Februari yang 28 atau 29 hari, tetapi bulan Hijriah terdiri dari 29 dan 30 hari.
Itulah sebabnya, terdapat selisih sekitar 10-12 hari setiap tahun, ada pergeseran kegiatan keagamaan Islam pada tahun Masehi. Sebagai contoh, hari raya Idul Fitri atau 1 Syawal pada tahun 2010 jatuh pada tanggal 10 September, tapi pada tahun 2009, Idul Fitri bersamaan dengan 22 September. Sehingga tidak heran kalau ada saatnya dimana tahun baru Islam (1 Muharam) hampir bersamaan dengan Tahun Baru Masehi (1 Januari).
Dengan perbedaan antara bulan Hijriah dengan bulan Masehi itu, maka bulan Ramadhan atau bulan Puasa setiap tahun bergeser sekitar 10-12 hari setiap tahun Masehi, sehingga suatu saat bulan Ramadhan bersamaan dengan bulan Juni, dan ada saatnya tahun kemudian puasa dilaksanakan bulan Desember.
Berbeda dengan Indonesia dan Negara-negara tropis, hampir tidak ada perbedaan lamanya berpuasa untuk sepanjang tahun, yaitu bulan Januari s/d Desember berpuasa sekitar 14 jam (jam 4 pagi sampai 18.00), tapi di Negara-negara yang mengalami empat musim seperti di Eropa dan Amerike Serikat dan Kanada, juga Australia dan Selandia Baru, lamanya berpuasa sangat bervariasi.
Sebagai contoh bila bulan puasa bertepatan dengan bulan Juni atau Musim Panas di Eropa, maka penduduk yang tinggal di belahan bumi Bagian Utara akan berpuasa sampai 18-20 jam, mulai jan 02 dinihari (Imsyak) sampai jam 22.00 malam baru berbuka, karena matahari baru terbenam.
Keadaan sebaliknya yang dialami oleh penduduk di belahan Bumi Bagian Selatan seperti Australia dan Selandia Baru. Karena bulan Juni adalah Musim Dingin (Winter), maka waktu Imsyak sekitar jam 6.00 pagi dan waktu Magrib sekitar jam 16.00 sore, sehingga mereka hanya berpuasa sekitar 10 jam saja.
Keadaan sebaliknya terjadi bila bulan Desember, maka umat islam yang tinggal di belahan bumi Bagian Utara berpuasa lebih singkat, dan sebaliknya yang di belahan Selatan lebih lama (berbanding terbalik). Sedangkan pada bulan Maret dan September dimana matahari persis ada di Khatulistiwa, kaum Muslimin di belahan Utara dan Selatan berpuasa dengan jumlah jam yang sama, sekitar 12 jam.
Disitulah salah satu bukti betapa adilnya Allah, di daerah dekat Equator (Khatulsitiwa) seperti Indonesia, Malysia dan Negara-negara Arab dimana umat Islam terbesar ada di sana atau daerah Sub Tropis, fluktuasi lamanya berpuasa setiap tahun hampir tidak berbeda banyak.
Seandainya, bulan Ramadhan ditetapkan berdasarkan bulan Masehi, misalnya bulan Juni, kasihan umat Muslim di bagaian Utara yang harus puasa sampai 18-20 jam dengan temparatur sangat panas di atas 50 derajat C, setiap tahun seperti itu, dan orang di belahan Selatan puasanya sangat singkat. Kan sangat tidak adil?. Untungnya Tuhan Maha Adil, sehingga penentuna bulan puasa berdasarkan Tahun Hijriah. bukan Tahun Masehi, Allahu Akbar.

Introspeksi Diri atau Bermuhasabah
Dengan memasuki tahun baru Hijriah, kita akan memasuki 1 Muharram. Yang berarti kita akan meninggalkan tahun lalu, dan memasuki tahun baru , yakni tahun baru 1431 Hijriah. Penyambutan tahun baru ini tidak selayaknya seperti yang dilakukan orang-orang non Muslim saat merayakan tahun baru Masehi, tetapi merayakannya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Sekarang kita masih hidup, tetapi siapa tahu besok atau lusa atau minggu depan atau bulan depan atau tahun depan, kita akan mati. Sekarang kita masih dapat menikmati tahun baru Hijriah, tetapi siapa tahu tahun depan kita sudah tidak ada?.
Berbahagialah bagi mereka yang memperoleh nikmat umur yang panjang dan mengisinya dengan amalan-amalan yang baik dan perbuatan-perbuatan yang bijak. Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya (HR Ahmad)
Dalam menyambut tahun baru Hijriah, sangat penting bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang amalan-amalan yang telah kita perbuat dan dosa atau maksiat yang telah kita kerjakan. Penilaian ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan amal atau dosa kita, tapi agar tahun mendatang lebih baik dengan memperbanyak ibadah dan amal saleh serta mengurangi perbuatan dosa dan amal salah.
Kisah Tentang Sahabat Umar bin Khatab tentang Umur Manusia
Adalah satu riwayat yang menceritakan tentang anak Umar bin Khatab, kembali pulang dari sekolahnya sambil menghitung tambalan-tambalan yang melekat di bajunya yang sudah usang dan jelek. Dengan rasa kasihan Umar sang Amirul Mukminin (Pemimpin Kaum Musliminn), sebagai ayahnya mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan negara, yang isinya minta agar beliau diberi pinjaman uang sebanyak 4 dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong.
Kemudian bendaharawan itu mengirim surat balasan kepada Umar, yang isinya demikian : “Wahai Umar, apakah engkau telah dapat memastikan bahwa engkau masih hidup sampai bulan depan?. Bagaimana kalau engkau mati sebelum melunasi hutangmu? Membaca surat bendaharawan itu, maka seketika itu juga Umar tersungkur menangis, lalu beliau menasehati anakanya dan berkata : “Wahai anakku, berangkatlah ke sekolah dengan baju usangmu itu sebagaimana biasanya, karna akau tidak dapat memperhatikan umurku walaupun untuk satu jam” Sungguh, batasan umur manusia tidak ada yang mengetahuinya, kecuali hanya Allah SWT semata.
Oleh karena keterbatasan tersebut, dan karena rahasia Allah SWT semata, maka marilah kita pergunakan kesempatan hidup ini dengan meningkatkan taqwa kita kepada-Nya dan menambah semangat beramal ibadah yang lebih banyak lagi.
Bulan Muharram Termasuk Bulan Haram
Bagaimanakah pandangan Islam mengenai awal tahun yang dimulai dengan bulan Muharram? Ketahuilah bulan Muharram adalah bulan yang teramat mulia, yang mungkin banyak di antara kita tidak mengetahuinya. Namun banyak di antara kaum Muslimin yang salah kaprah dalam menyambut bulan Muharram atau awal tahun. Silakan simak pembahasan berikut.
Dalam agama ini, bulan Muharram, merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut.
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوام
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)
Allah Ta’ala menjelaskan bahwa sejak penciptaan langit dan bumi, penciptaan malam dan siang, keduanya akan berputar di orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan dan bintang lalu menjadikan matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari situ muncullah cahaya matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya hilal. Satu tahun dalam syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan munculnya bulan, bukan dihitung berdasarkan perputaran matahari seba
Mengapa Disebut Bulan Haram
Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, “Dinamakan bulan haram karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya.”
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.
Bulan Muharram adalah Syahrullah (Bulan Allah)
Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.
Bulan Muharram betul-betul istimewa karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan disandarkan pada lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan ini pada lafazh jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan dan keistimewaannya.
Perkataan yang sangat bagus dari As Zamakhsyari, kami nukil dari Faidhul Qodir (2/53), beliau rahimahullah mengatakan, “Bulan Muharram ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ‘Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ‘Baitullah’ (rumah Allah) atau ‘Alullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan tersebut.
Bulan Muharram inilah yang menggunakan nama Islami. Nama bulan ini sebelumnya adalah Shofar Al Awwal. Bulan lainnya masih menggunakan nama Jahiliyah.. Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan untuk berpuasa penuh setelah bulan Ramadhan. Adapun melakukan puasa tathowwu’ (puasa sunnah) pada sebagian bulan, maka itu masih lebih utama daripada melakukan puasa sunnah pada sebagian hari seperti pada hari Arofah dan 10 Dzulhijah. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab. Bulan Muharram memiliki keistimewaan demikian karena bulan ini adalah bulan pertama dalam setahun dan pembuka tahun.”

Semoga Bermanfaat
Wassalamualaikum. Wr.Wb

SUMBER :  https://www.facebook.com/permalink.php?id=126883690798694&story_fbid=129280833892313

Sabtu, 10 Oktober 2015

SK DISTRIBUSI JAM MTs. HASYIM ASY'ARI WONOJATI SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2015-2016



 SK Pembagian tugas mengajar tidaklah jauh berbeda bentuk contoh lainnya, akhir-akhir ini memang jumlah siswa pada rombel jadi perhitungan tersendiri tentunya masih ingat dengan Jumlah rombel siswa jadi syarat tunjangan sertifikasi dll.
Oleh karena itu surat keputusan pembagian tugas mengajar /SKBM pun di selipkan jumlah siswa pada rombel.

Kalau biasanya hanya ada pada unsur tambahan dengan jumlah jam kali ini cukup bagus jika ditambahkan jumlah siswa pada kelas nya.
Di MTs. Hasyim Asy'ari Wonojati mencoba selalu transparansi dan akuntabel dalam pengelolaan distribusi jam demi tercapainya kemaslahatan bersama.

 berikut adalah contoh SK Distribusi Mengajar di MTs. Hasyim Asy'ari Wonojati :





silahkan download contoh SK :

https://drive.google.com/file/d/0B9drSenF1IZSazEzS1RkQnkyUEE/view

Rabu, 30 September 2015

01 Oktober 1965 - 01 Oktober 2015

HARI KESAKTIAN PANCASILA 01 OKTOBER

Makna Dibalik Hari Kesaktian Pancasila


Makna Dibalik Peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober — Peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, harus dijadikan sebagai kesempatan untuk merefleksikan tentang pemaknaan nilai-nilai dan kesaktian Pancasila itu sendiri. Hal ini penting khususnya bagi generasi muda bangsa ini.

Generasi baru tidak akan memiliki rasa percaya diri dan kebanggaan atas bangsa ini tanpa mengenali sesungguhnya sejarah kehidupannya. pada tanggal 1 Oktober rakyat Indonesia memperingati Hari Kesaktian Pancasila dengan diadakannya upacara di berbagai instansi pemerintah, dan untuk skala nasional upacara tersebut diadakan di lokasi tempat terjadinya sejarah yaitu di Lubang Buaya.

Masih saktikah Pancasila?

Banyak wacana muncul akhir-akhir ini yang menyatakan kalau Pancasila sudah tidak sakti lagi atau bahkan di berbagai media memberitakan bahwa Pancasila sudah “dilupakan” di Indonesia. Jadi apakah benar kenyataan itu?
Jawabannya adalah ada pada diri kita masing-masing, dan mungkin kita perlu sedikit merenungkan untuk hal tersebut, apakah kita masih berperilaku seperti yang tersirat dalam jiwa pancasila? atau apakah kita sudah melenceng?
Di tengah terpaan pengaruh kekuatan global, kita seharusnyamenguatkan dan memperlengkapi diri agar tidak terjerembab dalam lika-liku zaman sekarang ini. Salah satunya adalah dengan menggali kembali nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Nilai-nilai itulah yang kemudian kita maknai sebagai energi untuk membangun kembali jati diri bangsa ini. Bangsa ini bisa berdiri tegak, hanya jika mau kembali menghidupkan dan sekaligus mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Pancasila adalah dasar negara. Pancasila adalah asal tunggal dan menjadi sumber dari segala sumber hukum yang mengatur masyarakat Indonesia, termasuk kehidupan berpolitik. Karena itu, partai politik sebagai salah satu infrastruktur politik dan segala sesuatu yang hadir dan lahir dinegara ini, harus tunduk dan taat pada Pancasila.
Melihat perkembangan kondisi di Indonesia belakangan ini mungkin kita menganggap kalau rakyat Indonesia sudah tidak lagi ber”Pancasila” dengan adanya kerusuhan dimana-mana yang timbul karena masalah yang berkaitan dengan sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Yaitu dengan ricuhnya kelompok agama mayoritas melawan minoritas dengan alasan-alasan tertentu.
Padahal kalau kita telaah lagi, terjadinya “bentrokan” seperti itu terkadang belum tentu benar-benar karena soal agama, mungkin karena ada satu alasan kepentingan tertentu yang ingin dicapai oleh “segelintir” personal, maka dengan kekuatannya mereka menggunakan alasan keagamaan untuk mendapatkan tujuannya. Sebaiknya marilah kita lihat saja dengan “kepala dingin”, dari jaman dulu kita sudah hidup dengan keragaman, mayoritas dan minoritas tidak perlu dijadikan bahan pertentangan, tapi jadikan itu kekuatan yang tetap menyatukan kita.
Berkaitan dengan 1965 Incident Road Show in the United States, ada satu peristiwa monumental yang tidak bisa begitu saja ditelan dan diterima secara bulat-bulat. Peristiwa ini masih berjalan sampai sekarang, yaitu upacara nasional pada tanggal 1 Oktober pagi di Lubang Buaya, Jakarta yang oleh pemerintahan Orde Baru, di bawah pimpinan Suharto/Soeharto, diberi nama Hari Kebangkitan Pancasila. Kita semua tahu dari pelajaran sekolah apa sebabnya diberi nama Hari Kesaktian Pancasila, yaitu telah terbukti bahwa Pancasila itu ampuh dan berhasil menghalau dan menumpas komunis dan Partai Komunis Indonesia (PKI) dari muka bumi Indonesia dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran pada percobaan kudeta PKI tahun 1965. Benarkah demikian? Apakah arti sesunggunya di balik peringatan ini?
Setiap tanggal 1 Oktober pagi, hampir semua pejabat kunci negara Republik Indonesia (RI) berkumpul di Lubang Buaya, Jakarta untuk mengadakan ritual, memperbaharui dan mengkokohkan tekat untuk melindungi negara RI dari rongrongan komunis melalui Partai Komunis Indonesia (PKI). Upacara ritual ini disimbolkan dengan pengorbanan nyawa yang sangat memilukan dan menyayat hati dari 6 jenderal senior dan lainnya.
Peringatan Hari Kesaktian Pascasila ini bercikal bakal pada peristiwa 30 September 1965, di mana enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang dilakukan oleh para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
  • Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani,
  • Mayjen TNI R. Suprapto
  • Mayjen TNI M.T. Haryono
  • Mayjen TNI Siswondo Parman
  • Brigjen TNI DI Panjaitan
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
  • Jenderal TNI A.H. Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tandean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
  • AIP Karel Satsuit Tubun
  • Brigjen Katamso Darmokusumo
  • Kolonel Sugiono
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober 1965.
Jika pada peringatan-peringatan sebelumnya Kesaktian Pancasila selalu dikaitkan dengan penumpasan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G-30-S/PKI), maka kali ini “sejarah” Kesaktian Pancasila dimaknai sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agsutus 1945. Demikian versi baru upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang berlangsung di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Selain pemaknaan yang baru atas sejarah, hal baru lainnya adalah upacara kembali dipimpin oleh presiden Republik Indonesia serta disertai dengan pembacaan naskah ikrar yang menyebutkan bahwa sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diproklamasi pada 17 Agustus 1945 terjadi banyak kesenjangan terhadap Pancasila dan NKRI baik yang datang dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun, bangsa Indonesia mampu mempertahankan Pancasila dan NKRI.





Refrensi : http://peristiwa.net/makna-dibalik-hari-kesaktian-pancasila/

Selasa, 22 September 2015

Kisah Kesabaran Nabi Ismail (Sejarah Hari Idul Adha) Oleh Pengurus OSIM MTs. Hasyim Asy'ari Wonojati

Pada suatu hari, Nabi Ibrahim AS menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100 ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya.
“Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan karena Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.
Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah SWT. Ada yang mengatakan saat itu usia Ibrahim mencapai 99 tahun. Dan karena demikian lamanya maka anak itu diberi nama Isma'il, artinya "Allah telah mendengar". Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru: "Allah mendengar doaku".
Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).”
Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).
Desain By Pengurus OSIM MTs. HAsyim Asy'ari Wonojati

Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi sudah terpenuhi. Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.
Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail.” Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.
Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera mendekati ayahnya.
“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.
“Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim AS.
Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun datang menemui ibunya, Hajar. “Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.
“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.
“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.
“Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar balik bertanya.
“Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.
“Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa!” jawab Hajar dengan mantap.
Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Isma’il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”
“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.
“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.
Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قالَ يا بُنَيَّ إِنِّي أَرى فِي الْمَنامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ ماذا تَرى قالَ يا أَبَتِ افْعَلْ ما تُؤْمَرُ سَتَجِدُني إِنْ شاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab, “Hai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).
Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya.
Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”
“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu sehingga semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah,” sambung Isma'il.
Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!”
Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tak mampu menggoresnya.
Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya.”
Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu beliau.
Atas izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”
Allah SWT berfirman, إِنَّ هذا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبينُ
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)
وَ فَدَيْناهُ بِذِبْحٍ عَظيمٍ
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 107)
Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha).
dengan beberapa perubahan

Hormat Kami
Pengurus OSIM
MTs. Hasyim Asy'ari Wonojati

Jumat, 11 September 2015

pemilu raya (Pemilihan OSIM) MTs. Hasyim Asy'ari Wonojati

Pemeilihan umum adalah langkah wujud dari demokrasi pnacasila untuk memilih wakil kita sehingga apa yang kita inginkan sesuai dengan apa yang ada dicita-citakan bersama.
itulah inisiatif dari panitia pemilihan OSIM di MTs. HAsyim Asy'ari Wonojati tahun pelajaran 2015/2016.
semoga apa yang kita cita-citak untuk kemajuan Madrasah tercinta lebih cepat terbangun dengan visi dan misi dari ketua OSIM terpilih nanti. AMIN.....

inilah calon kandidat ketua OSIM Masa BAkti 2015/2016







Pemilihan umum telah memanggil kita
S’luruh rakyat menyambut gembira
Hak demokrasi Pancasila
Hikmah Indonesia merdeka.
Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya
Pengemban Ampera yang setia
Di bawah Undang-Undang Dasar 45
Kita menuju ke pemilihan umum.

Jumat, 12 Juni 2015

SISWA LULUSAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SELAMAT ATAS KELAYAKAN KELULUSAN SISWA MTs. H.A

Alhamdulillah... segala puja dan puji syukur akhirnya siswa MTs. Hasyim Asy'ari Wonojati layak lulus sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional.

kami berharap di kedepan lebih baik dan ditingkatkan prestasi kalian, kami disini akan selalu mendo'akan semoga menjadi generasi penerus bangsa yang berprestasi serta unggul dalam bidang Imtaq dan Iptek.

sekali lagi selamat ya...., anda semua layak lulus.

 

 

Selasa, 05 Mei 2015

HARAP TENANG ADA UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015


silahkan KLIK pos UN
DOWNLOAD POS UN 2014/2015


Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2014/2015 adalah bukan penentu satu-satunya kelulusan karena sekarang berada sepenuhnya ditangan lembaga.
sejatinya Ujian Nasional (UN) itu salah satu indikator Standar Pendidikan Nasional dalam konteks evaluasi hasil belajar.

 Mengingat :
  1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, siswa sesungguhnya berhak mengetahui capaian kompetensinya dan negara berkewajiban memenuhi hak itu. “Jadi pengukuran capaian standar kompetensi lulusan adalah peran negara untuk memenuhi hak peserta didik.
  2. Peraturan perundangan terbaru bahwa Ujian Nasional (UN) bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu (PP 19/2005 yang telah diubah dengan PP No. 32/2013 dan PP 13/2015). 
  3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, 
  4. Dan Peraturan Badan Standar Nasional Nomor 0031/P/BSNP/III/2015 tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2014/2015 
Oleh karena itu khalayak umum perlu mengetahui tentang sistem kelulusan di tahun 2014/2015 terlebih di MTs HAsyim Asy'ari Wonojati ini, jadi jangan sampai mindset dari ketakutan akan kegagalan menuju pencapaian prestasi optimal dan dari terjadi praktek kecurangan menuju promosi terhadap satuan pendidikan yang memiliki Indeks Integritas tinggi khususnya di MTs Hasyim ASy'ari Wonojati

Diantaranya poin-poin yang sesuai dengan peraturan terkini antara lain :
  • UN bukan penentu kelulusan siswa dari satuan pendidikan, 
  • Kelulusan siswa dari satuan pendidikan ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan,
  • Setiap siswa wajib mengikuti UN Minimal Satu Kali, UN dapat ditempuh beberapa kali untuk perbaikan pencapaian standar, dan 
  • Siswa diyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai sikap minimal baik dan lulus ujian sekolah/madrasah

Sumber :

http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=7557#.VUmQZ_BvHgw
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/3742

Rabu, 22 April 2015

Senin, 20 April 2015

PERINGATAN HARI R.A. KARTINI



21 April  adalah peringatan Hari Kartini,yang mana beliau adalah seorang pejuang dimasanya yang sampai sekarang dikenal sebagai salah satu tokoh pejuang perempuan sesuai dengan Keppres No. 108 Tahun 1964.
Ibu kita Kartini Putri sejati Putri Indonesia harum Namanya

R.A Kartini Lahir Pada tanggal 21 April 1879 di Jepara beliau adalah keturunan priyayi atau bangsawan yang termashur di daerahnya yang kental dengan kegiatan adat istiadat, yaitu putri Raden Mas Sosroningrat, bupati Jepara. Ibunya bernama M.A. Ngasirah.
Semasa hidup beliau (RA.Kartini) adalah seseorang yang gemar membaca meski hanya tamatan SD karena tidak di ijinkan oleh orang tuanya untuk belajar kejenjang selanjutnya, keputusan itupun membuat RA. Kartini sangat kecewa dengan keputusan tersebut tetapi tidak bisa melawan takut disangka jadi anak yang durhaka.
Kekecawaan RA.Kartini di isi dengan kegiatan membaca setiap hari mulai dari buku atau surat kabar dan apabila ada yang tidak dimengerti beliau tanya kepada ayahnya.

Sampai akhirnya RA.Kartini terbesit dengan gadis eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon(teman semasa belajar diluar negeri). Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Akan tetapi bea siswa itu tidak dimanfaatkan karena beliau dinikahkan dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Kalau di ingat jasa RA. Kartini dengan bahasa populer adalah emansipasi wanita yang mana mengandung makna bahwa sanya wanita juga berhak mendapatkan kesetaraan yang sama yang bukan dari kodrat Tuhan YME contoh : belajar, berkreasi dsb. Tidak menutup kemungkinan para kartini sekarang yang berkarir banyak terinspirasi beliau serta ingin memperjuangkan apa yang dicita-cita para leluhur dahulu untuk bangsa dan negara tercinta ini.
Dalam memaknai hari kartini sekarang apakah hanya terucap pada satu kalimat yang terpampang di media sosial, media kabar, pamflet, baliho dsb atau memakai baju adat (Kebaya).  
Tentu saja tidak kan ! karena makna dari perjuangan kartini tersebut bisa diambil beberapa poin, antara lain :
  1. Semangat belajar yang tinggi 
  2. Jiwa Sosial kepada sesama 
  3.   Gemar membaca
  4. Tidak sombong   
  5.  Patuh kepada orang tua
Oleh karena itu marilah kita sama-sama meneladani sejarah perjuangan beliau untuk menjadikan pondasi dalam kehidupan kita sekarang  untuk menjadikan prinsip dalam menjalani hidup dengan mengelaborasikan sesuai dengan keadaan sekarang tanpa melanggar norma-norma yang ada atau melanggar syariat (bagi yang muslimah).




Refrensi


http://www.wikipedia.org/