SELAMAT DATANG DIMADRASAH TSANAWIYAH HASYIM ASY'ARI WONOJATI

Laman

Rabu, 03 Mei 2017

SETUMPUK PIALA MTs HASYIM ASY'ARI WONOJATI

Salah satu wujud keseriusan MTs Hasyim Asy'ari Wonojati dalam mewudukan generasi baru yang berprestasi dan berakhlakul karimah serta unggul dalam imtaq dan Iptek adalah banyaknya piala yang diborong oleh siswa MTs Hasyim Asy'ari Wonojati Kecamatan Gondang wetan Kabupaten Pasuruan dengan kategori beraneka ragam, mulai prestasi kegiatan ekstrakuriluler, cerdas cermat serta lomba-lomba yang lain.

tak lupa ucapan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah kepada kita sehingga kami layak mendapatkan piala yang tidak bisa dihitung dengan jari dan almari tempat koleksi piala tersebut tidak muat kata kepala madrasah Akhmad Lukman Junaedi, S.Si serta sebagai tolak ukur lembaga pendidikan formal dalam mencetak karakter generasi penerus perjuangan bangsa.

bukan maksud riya' tapi lebih menekankan semangat dan motifasi kepada semua elemen yang terlibat dalam proses mendapatkan piala tersebut sehingga mendapatkan kepuasan tersendiri dan terus berinovasi untuk lebih ditingkatkan dalam menjunjung nilai prestasi terlebih di MTs Hasyim Asy'ari Wonojati  yang sekarang menjadi kepercayaan masyarakat dengan bukti banyaknya siswa yang didaftarkan setiap tahun ajaran baru.

dalam menjaga kepercayaan masyarakat pada umumnya kami selalu meningkatkan prestasi sebagai lembaga pendidikan formal meskipun status swasta tapi kami optimis bisa menjaga amanah tersebut serta selalu meminta masukan dan arahan dari semua fihak dengan maksud kemajuan lembaga MTs Hasyim ASy'ari Wonojati serta peningkatan siswa yang ingin mendaftarkan sebagai peserta didik di MTs HAsyim Asy'ari Wonojati terlebih dalam tahun pelajaran 2017/2018.

kami berharap dengan banyaknya koleksi piala yang diperoleh dari tahun ketahun ini, semata-mata tertuju kepada warga, alumni MTs Hasyim Asy'ari wonojati maupun masyarakat pada umumnya untuk lebih peduli dalam mewujudkan cita-cita bersama yang tertuang dalam UUD 1945 meskipun kami sadari masih banyak kekurangan.

mohon do'a dan dukungannya untuk tahun pelajaran 2017/2018 kami tetap istiqomah dalam mewujudkan cita-cita bersama serta target peserta didik baru di tahun pelajaran 2017/2018 sesuai hasil seleksi karna keterbatasan saran dan prasarana. Amin. <bix> 

Senin, 01 Mei 2017

PERINGATAN ISRO' MI'ROJ MTs HASYIM ASY'ARI WONOJATI

 peristiwa Isra’ dan Mi’raj diartikan sebagai peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Haram di Mekah menuju Masjid Al-Aqsha di Baitul Muqoddas (Jerusalem), lalu dilanjutkan dengan perjalanan dari Qubbah As-Sakhrah menuju Sidratul Muntaha (akhir penggapaian). Kronologi tersebut sebenarnya sudah ditegaskan oleh Allah SWT dalam Alqur’an:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada suatu (potongan) malam dariMasjidil haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Al-Isro’: 1).

 Peristiwa Isra' dan Mi'raj bagi umat Islam menjadi fenomena sejarah yang sungguh luar biasa, terjadi satu tahun sebelum hijrah (10 tahun dari masa diutusnya Sayyid Muhammad sebagai Nabi) pada malam Isnain tanggal 27 Rajab.

Saat Nabi sendirian tidur di rumah Siti Ummi Hani (saudara kandung Sayyidina Ali) datanglah Jibril untuk memintanya berjumpa Allah. Ada yang menyebutkan Nabi berada di sekitar Masjidil Haram sekitar Hijr Ismail dengan ditemani dua sahabatnya Hamzah dan Ja'far bin Abi Thalib).

Peristiwa inj begitu cepat dimana dalam waktu semalam menyelesaikan perjalanan jalur darat dan jalur udara. Zona destinasi isra' dan mi'raj adalah titik-titik sejarah Nabi sebelum Muhammad. Ini menunjukkan bahwa peristiwa itu adalah bagian dari mu'jizat.

Menguji keimanan orang Islam dapat dilakukan dengan bertanya percaya atau tidak terhadap Isra’ Mi’raj. Saya sangat setuju ini peristiwa luar biasa yang hanya bisa didekati dengan keimanan dan bisa dilakukan dengan saintifikasi Isra’ Mi’raj. Dan jasad Nabi yang bergerak dalam peristiwa ini bersamaan dengan ruhnya yang telah menyatu.
 

 Berbuah Syariat Salat
Sudah dimaklumi bersama, Alqur’an sebagai kitab suci agama Islam memuat seluruh ajaran syariat yang ada di dalamnya, tak terkecuali salat. Seperti salah satu firman Allah SWT;
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah :43). Namun tidak sebatas itu, Allah SWT memanggil secara langsung Rasulullah SAW dalam rangkaian peritiwa Isra’ Mi’raj untuk menyampaikan perintah salat kepada umat islam. Karena hikmah yang paling besar dari peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut adalah disyariatkannya salat. Hal ini sangat berbeda dengan disyariatkannya ibadah-ibadah yang lain, yang keseluruhannya sudah dicukupkan melalui malaikat Jibril sebagaimana yang telah ada dalam Alqur’an.
Kualitas keimanan seseorang dapat diketahui dengan komitmennya terhadap pengamalan ajaran Islam, baik yang berhubungan dengan tuhannya maupun yang berhubungan dengan sesama makhluk. Salat merupakan bentuk peribadatan tertinggi seorang muslim, sekaligus merupakan simbol ketaatan totalitas kepada Allah SWT. Karena di dalam salat, terdapat bentuk upaya interaksi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dari sinilah titik terang keberadaan salat sebagai barometer seorang muslim untuk mengukur sebatas mana kekuatan agamanya. Dalam sebuah hadis dijelaskan;
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
“Inti (pokok) segala perkara adalah Islam, dan tiangnya adalah salat,” (HR. Thurmudzi).
Sebagai tiang agama, maka harus ada makna dan nilai bagi setiap orang Islam dalam melaksanakan salat, sebagaimana uraian Al-Ghozali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, yakni;
  • Hudhurul Qolbi (menghadirkan jiwa). Ketika melaksanakan salat diharuskan konsentrasi penuh semata-mata mengahadap Allah SWT dan mengharap ridho-Nya. Segala sesuatu yang bersifat keduniaan harus dilupakan sejenak. Firman Allah SWT dalam Alqur’an;
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ  الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,”(QS. Al-Ma’un :4-5).
  • Tafahhum, yakni menghayati semua hal yang dikerjakan dalam salat, baik yang berupa bacaan maupun gerakan anggota badan. Karena di dalamnya tersimpan makna pernyataan kesiapan dan kepasrahan kepada allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku,” (QS. Thaha :14).
  • Ta’dzim, artinya sikap mengagungkan Allah SWT sebagai Dzat yang disembahnya serta adanya kesadaran secara total bahwa manusia merupakan sesuatu yang sangat kecil dan hina di hadapan-Nya.
  • Khouf wa Roja’, yakni rasa takut hanya kepada Allah SWT disertai dengan harapan untuk selalu mendapatkan rahmat dan rido-Nya.
  • Haya’, yaitu rasa malu kepada Allah SWT karena apa yang dipersembahkan kepada-Nya sama sekali belum sebanding dengan rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada manusia.
Dengan mampu menghadirkan makna dan nilai-nilai ibadah yang menjadi “buah tangan” dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, maka diharapkan akan ada hubungan timbal balik antara ibadah ritual salat dengan sesuatu yang ada di dalamnya. Dan pada gilirannya sesuai dengan berjalannya waktu, semuanya akan dapat menghiasi kehidupan pribadi setiap muslim dan akan membias dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. waAllahu A’lam. [bix]


sumber : nu.co.id ,lirboyo.net